Senin, 23 Februari 2015

Teams Games Tournamen(TGT)



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Dalam proses belajar-pembelajaran kemampuan siswa dalam menerima materi bukan hanya ditunjang dengan kemampuan motorik dan psikomotorik namun juga dengan bagaimana pembelajaran itu dilakukan. Ada banyak model pembelajaran yang sudah dikembangkan pada dunia pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus mampu memadupadankan model pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan. Khusunya dengan mata pelajaran yang terbilang sulit, harus digunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa mudah memahami materi. Dalam hal ini mata pelajaran yang akan diujikan adalah fisika. Fisika merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan fakta, proses, teori, dan konsep. Fisika mencakup ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta yaitu mempelajari makluk hidup dan berbagai proses kehidupan. Fisika tidak sekedar sebagai ilmu hafalan, melaikan suatu ilmu yang memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya untuk menyelesaikan suatu persoalan. Dalam kondisi demikian, diperlukan metode pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran fisika bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional saja, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi pemahaman yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Berdasarkan fakta tentang kesulitan belajar fisika, maka perlu dicari metode pembelajaran yang aplikatif, menarik, dan tidak membosankan. salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode team games tourment (TGT). Metode pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajar kooperatif yang mudah diterapkan, dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengadung unsur permainan dan reinforcement. Untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah mengusai pembelajaran, selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan permainan akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Namun setiap model pasti ada kelebihan dan kekurangan dari model TGT. Sehingga pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, kelebihan-kekurangan, serta implementasi terhadap fisika.
B.    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah
1.      Bagaimana gambaran mengenai teams games tournament (TGT) ?
2.      Bagaimana komponen dan pelaksanaan team games tournament dalam pembelajaran ?
3.      Bagaimana implementasi model pembelajaran TGT ?
4.      Bagaimana aplikasi model pembelajaran TGT pada fisika ?
5.      Apa saja kelemahan dan kelebihan model pembelajaran TGT ?

C.   Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
1.      Mengetahui gambaran mengenai teams games tournament (TGT)
2.      Mengetahui komponen dan pelaksanaan team games tournament dalam pembelajaran
3.      Mengetahui implementasi model pembelajaran TGT
4.      Mengetahui aplikasi model pembelajaran TGT pada fisika
5.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran TGT.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah satu tipe untuk model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan aktivitas seluruh siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johnes Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekeja sama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams Game Tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnament permainan akademik.
Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur dan Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams Games Tournament (TGT) telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok diguanakan untuk mengajar tujuan pembelajarannya yang dirumuskan dengan tajam dengan satu  jawaban benar, seperti perhitungs dan oenerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA
B.    Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament Dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
1.      Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajiab kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi dengan dipimpin guru. Pada saaat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan guru, karena akan embantu siswa berkeja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.      Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat dengan lima orang siswa. Fungsi kelopmpok adalah untuk lebih memahami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok pada saat game.
3.      Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dan penyajian kelas dan beajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih satu nomor dan mencoba menjawab pertanyaaan sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4.      Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing persserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor undian tersebesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalenger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar ketiga sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlag peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah menjadi reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan reader 1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawan soal yang dibacakan reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chaleger 1 menrut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan reader 1, chalenger 1, dan chalenger 2 apabila menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal ini terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5.      Penghargaan kelompok (team recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapatkan sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria (Rerata Kelompok)
Predikat
≥ 45
Super Team
40 - 45
Great Team
30 - 40
Good Team

C.   Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimpementasian hal yang harus diperhatikan yaitu:
1.     Pembelajaran terpusat pada siswa.
2.     Proses pembalajaran dalam suasana berkompetisi.
3.     Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan).
4.     Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim.
5.     Dalam kompetisi diterapakan system point.
6.      Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemapuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik.
7.      Kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan.
8.      Dalam pemberian bimbingan, guru meracu pada jurnal.
9.      Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.

D.   Aplikasi Model Pembelajaran TGT pada Fisika

Pada pembelajaran fisika pada SMA salah satu yang dapat digunakan model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) adalah materi bunyi. Fenomena bunyi selalu kita jumpai setiap hari. Kita dapat mendengar bunyi karena terjadi peristiwa resonansi pada telinga kita.
Salah satu game yang dapat digunakan adalah Wants to be a hudred physics ?. game ini seperti acara Want to be a milionare ? yang ada dalam acara televisi. Karena dalam fisika maka diubah namanya menjadi Wants to be a hudred physics ? dalam game ini guru menyiapkan soal-soal tentang materi bunyi, kemudian dikemas dalam bentuk kartu. Pada prosesnya siswa dibagi daam 6 kelompok (menyesuaikan jumah siswa dalam satu kelas), dalam satu kelompok  beranggotakan 4-5 siswa. Guru menggunakan metode ceramah terlebih dahulu untuk menyampaikan materi pengantar tentang bunyi. Kemudian guru memandu pembentukan kelompok siswa, yang terdiri dari 4-5 siswa dalam satu kelompok dan dalam satu kelompok kemampuan akademiknya diusahakan merata, ada sedang dan ada yang pintar.
Guru menjelaskan aturan game dalam pembelajaran. Pada dasarnya aturan game adalah kelompok pertama sebagai pembaca pertama dan kelompok yang lain menjawab soal yang dibacakan kelompok pertama tadi, selanjutnya kelompok yang membacakan soal sesuai aturan jarum jam. Pada kelompok menjawab soal, berlaku aturan pada urutan pertama sebagai reder 1, dan yang lainnya sebagai chalenger 1, 2, 3 dan untuk soal selanjutnya siswa bertukar posisi sesuai arah jarum jam, guru berpesan sebagai pengamat dan pemandu dalam pembelajaran. Apabila ada jawaban yang kurang tepat dan terdapat kata kunci yang membutuhkan penjelasan pada soal, maka guru memberi penjelasan terhadap materi yang berkaitan.
Setelah game selesai, guru memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi. Untuk mengetahui tingkat kepemahaman siswa, maka guru mengadakan post-test.
Hasil post-test ini digunakan sebagai ukuran keberhasilan metode pembelajaran.

E.    Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Setiap model pembeajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran, secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a.       Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b.      Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya keberuntungan.
c.       TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk harga diri akademik mereka.
d.      TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kinerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e.       Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam beljar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebiih banyak.
f.       TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yangmenerima skors atau perlakuan lain.
Sedangkan menurut Suarjana (2000:1) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
a)      Meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
b)      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
c)      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
d)     Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
e)      Mendidik siswa untuk berlatih besosialisasi dengan orang lain
f)       Motivasi belajar lebih tinggi
g)      Hasil belajar lebih baik
h)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1.      Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dai segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2.      Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. untuk mangatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.



BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan materi model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) tersebut, dapat disimpulkan
1.      Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
2.      Ada lima langkah-langkah pembelajaran dalam TGT, yaitu: penyajian kelas, pembentukan kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kelompok.
3.      Aplikasi penerapan model pembelajaran pada fisika adalah salah satunya pada materi bunyi dengan games “Wants To Be A Hundred Physic?
4.      Kelebihan model pembelajaran TGT adalah memperoleh teman banyak, meningkatkan harga diri sosial, dan peran siswa lebih banyak.
5.      Kekurangan model pembelajaran TGT adalah sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis dan masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, M. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Rajawali Pers.
Solihatin, Etin dan Raharjo, S.Pd. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
http://library.um.ac.id/iptk/index.php?mod=detail&id=40171
http://www.sman8jkt.sch.id/index.php?id=artikel&kode=42


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar