BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam
proses belajar-pembelajaran kemampuan siswa dalam menerima materi bukan hanya
ditunjang dengan kemampuan motorik dan psikomotorik namun juga dengan bagaimana
pembelajaran itu dilakukan. Ada banyak model pembelajaran yang sudah
dikembangkan pada dunia pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus mampu
memadupadankan model pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan. Khusunya
dengan mata pelajaran yang terbilang sulit, harus digunakan model pembelajaran
yang tepat agar siswa mudah memahami materi. Dalam hal ini mata pelajaran yang
akan diujikan adalah fisika. Fisika merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan
fakta, proses, teori, dan konsep. Fisika mencakup ilmu atau pengetahuan yang
berhubungan dengan kehidupan di alam semesta yaitu mempelajari makluk hidup dan
berbagai proses kehidupan. Fisika tidak sekedar sebagai ilmu hafalan, melaikan
suatu ilmu yang memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep yang satu dengan
konsep yang lainnya untuk menyelesaikan suatu persoalan. Dalam kondisi
demikian, diperlukan metode pembelajaran yang tepat sehingga proses
pembelajaran fisika bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa
tidak hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional saja, tetapi
juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi pemahaman yang
sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan
menyenangkan.
Berdasarkan
fakta tentang kesulitan belajar fisika, maka perlu dicari metode pembelajaran
yang aplikatif, menarik, dan tidak membosankan. salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan menggunakan metode team
games tourment (TGT). Metode pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah
satu tipe atau model pembelajar kooperatif yang mudah diterapkan, dengan
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengadung unsur permainan dan
reinforcement. Untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah mengusai
pembelajaran, selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan permainan
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Namun setiap model pasti ada kelebihan dan kekurangan dari model TGT. Sehingga
pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, kelebihan-kekurangan,
serta implementasi terhadap fisika.
B.
Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah
pada makalah ini adalah
1. Bagaimana
gambaran mengenai teams games tournament (TGT) ?
2. Bagaimana
komponen dan pelaksanaan team games tournament dalam pembelajaran ?
3. Bagaimana
implementasi model pembelajaran TGT ?
4. Bagaimana
aplikasi model pembelajaran TGT pada fisika ?
5. Apa
saja kelemahan dan kelebihan model pembelajaran TGT ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
1.
Mengetahui gambaran mengenai teams games
tournament (TGT)
2. Mengetahui
komponen dan pelaksanaan team games tournament dalam pembelajaran
3. Mengetahui
implementasi model pembelajaran TGT
4. Mengetahui
aplikasi model pembelajaran TGT pada fisika
5. Mengetahui
kelemahan dan kelebihan model pembelajaran TGT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Mengenai Team Games Tournament (TGT)
Model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah satu tipe untuk model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan aktivitas seluruh siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Teams
Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith
Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johnes Hopkins. Dalam
model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3
sampai 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya, kemudian siswa akan bekeja sama dalam kelompok-kelompok
kecilnya. Pembelajaran dalam Teams Game Tournament (TGT) hampir sama seperti
STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor
perbaikan individu, TGT menggunakan turnament permainan akademik.
Dalam
turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang
setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur dan Wikandari (2000)
menjelaskan bahwa Teams Games Tournament (TGT) telah digunakan dalam berbagai
macam mata pelajaran dan paling cocok diguanakan untuk mengajar tujuan pembelajarannya
yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti
perhitungs dan oenerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA
B. Komponen
dan Pelaksanaan Team Game Tournament Dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama
dalam TGT, yaitu:
1.
Penyajian
kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajiab kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi dengan dipimpin guru. Pada saaat penyajian kelas ini, siswa
harus benar-benar memperhatikan guru, karena akan embantu siswa berkeja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2.
Kelompok
(team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat dengan lima orang
siswa. Fungsi kelopmpok adalah untuk lebih memahami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok pada saat
game.
3.
Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dan penyajian kelas dan beajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih satu nomor dan mencoba menjawab pertanyaaan
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor.
4.
Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing persserta
mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor undian tersebesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalenger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar ketiga sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlag peserta
dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah menjadi reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.
Chalenger 1 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan reader 1 apabila
menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah
menjawan soal yang dibacakan reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan
chaleger 1 menrut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya tugasnya adalah menjawab soal yang
dibacakan reader 1, chalenger 1, dan chalenger 2 apabila menurut chalenger 3
salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan
pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi
chalenger 1 sekarang menjadi reader 1, chalenger 2 menjadi chalenger 1,
chalenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1
menjadi reader 2. Hal ini terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan
guru.
5.
Penghargaan
kelompok (team recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapatkan sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria (Rerata Kelompok)
|
Predikat
|
≥ 45
|
Super Team
|
40 - 45
|
Great Team
|
30 - 40
|
Good Team
|
C. Implementasi
Model Pembelajaran
TGT
Dalam pengimpementasian hal
yang harus diperhatikan yaitu:
1.
Pembelajaran
terpusat pada siswa.
2.
Proses
pembalajaran dalam suasana berkompetisi.
3.
Pembelajaran
bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan).
4.
Pembelajaran
diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim.
5.
Dalam
kompetisi diterapakan system point.
6.
Dalam
kompetisi disesuaikan dengan kemapuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam
kinerja akademik.
7.
Kemajuan
kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan
secara mingguan.
8.
Dalam
pemberian bimbingan, guru meracu pada jurnal.
9.
Adanya
system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak.
D. Aplikasi
Model Pembelajaran TGT pada Fisika
Pada
pembelajaran fisika pada SMA salah satu yang dapat digunakan model pembelajaran
Teams Game Tournament (TGT) adalah
materi bunyi. Fenomena bunyi selalu kita jumpai setiap hari. Kita dapat mendengar
bunyi karena
terjadi peristiwa resonansi pada telinga kita.
Salah satu game yang dapat
digunakan adalah Wants to be a hudred
physics ?. game ini seperti acara
Want to be a milionare ? yang ada
dalam acara televisi. Karena dalam fisika maka diubah namanya menjadi Wants to be a hudred physics ? dalam game ini guru menyiapkan soal-soal tentang materi
bunyi, kemudian dikemas dalam bentuk kartu. Pada prosesnya siswa dibagi daam 6
kelompok (menyesuaikan jumah siswa dalam satu kelas), dalam satu kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Guru menggunakan
metode ceramah terlebih dahulu untuk menyampaikan materi pengantar tentang
bunyi. Kemudian guru memandu pembentukan kelompok siswa, yang terdiri dari 4-5 siswa dalam satu kelompok dan dalam satu
kelompok kemampuan akademiknya diusahakan merata, ada sedang dan ada yang
pintar.
Guru menjelaskan aturan game
dalam pembelajaran.
Pada dasarnya aturan game adalah kelompok pertama sebagai pembaca pertama dan
kelompok yang lain menjawab soal yang dibacakan kelompok pertama tadi, selanjutnya kelompok yang membacakan soal sesuai
aturan jarum
jam. Pada kelompok menjawab soal, berlaku aturan pada urutan pertama sebagai reder 1, dan yang lainnya sebagai chalenger 1, 2, 3 dan untuk soal selanjutnya siswa bertukar posisi
sesuai arah jarum jam, guru berpesan sebagai pengamat dan pemandu dalam pembelajaran.
Apabila ada jawaban yang kurang tepat dan terdapat kata kunci yang membutuhkan penjelasan pada soal, maka guru
memberi penjelasan terhadap
materi yang berkaitan.
Setelah game selesai, guru
memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi. Untuk
mengetahui tingkat kepemahaman siswa, maka guru mengadakan post-test.
Hasil post-test ini digunakan
sebagai ukuran keberhasilan metode pembelajaran.
E. Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Setiap model pembeajaran
memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan
sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran, secara psikologis,
lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa
sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran
kooperatif dengan teknik
TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan implementasinya terutama dalam hal
pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008) melaporkan
beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan
dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a.
Para
siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
b.
Meningkatkan
perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya keberuntungan.
c.
TGT
meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk harga diri
akademik mereka.
d.
TGT
meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kinerja sama verbal dan
nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e.
Keterlibatan
siswa lebih tinggi dalam beljar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebiih
banyak.
f.
TGT meningkatkan kehadiran siswa di
sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit
yangmenerima skors atau perlakuan lain.
Sedangkan
menurut Suarjana (2000:1) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari
pembelajaran TGT antara lain:
a) Meningkatkan
pencurahan waktu untuk tugas
b) Mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu
c) Dengan
waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
d) Proses
belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
e) Mendidik
siswa untuk berlatih besosialisasi dengan orang lain
f) Motivasi
belajar lebih tinggi
g) Hasil
belajar lebih baik
h) Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
Sedangkan
kelemahan TGT adalah:
1. Bagi
guru
Sulitnya
pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dai segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi
siswa
Masih
adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. untuk mangatasi kelemahan ini, tugas guru
adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi
agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Sebuah
catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa
nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian,
guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat
pencapaian belajar siswa secara individual.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan materi model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) tersebut,
dapat disimpulkan
1. Model
pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement.
2. Ada
lima langkah-langkah pembelajaran dalam TGT, yaitu: penyajian kelas,
pembentukan kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kelompok.
3. Aplikasi
penerapan model pembelajaran pada fisika adalah salah satunya pada materi bunyi
dengan games “Wants To Be A Hundred Physic?”
4. Kelebihan
model pembelajaran TGT adalah memperoleh teman banyak, meningkatkan harga diri
sosial, dan peran siswa lebih banyak.
5. Kekurangan
model pembelajaran TGT adalah sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen dari segi akademis dan masih adanya siswa berkemampuan
tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, M. 2011. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Rajawali Pers.
Solihatin, Etin dan Raharjo, S.Pd. 2005.
Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
http://library.um.ac.id/iptk/index.php?mod=detail&id=40171
http://www.sman8jkt.sch.id/index.php?id=artikel&kode=42
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar